SELAMAT DATANG DI WEBSITE SMA MUHAMMADIYAH CEPU, SMA MUH CEPU MEMBUKA PENDAFTARAN PENERIMAAN SISWA/SISWI BARU TAHUN AJARAN 2021/2022 DENGAN SISTEM ONLINE DAN OFLINE, BAGI YANG MENDAFTAR ONLINE BISA LANGSUNG MENDAFTAR DI WEBSITE INI DENG KLIK DAFTAR ONLINE / DAN BAGI YANG MENDAFTAR OFLINE BISA LANGSUNG DATANG KE SMA MUHAMMADIYAH CEPU JL. RONGGOLAWE NO 06 CEPU TLP O296 421812 / 085291927277. TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN DAN PERHATIANNYA TERIMAKASIH (^_^)

Halaman

MATERI KEMUHAMMADIYAHAN

 


MUHAMMADIYAH

1.    Sejarah

Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Miladiyah di Yogyakarta.[1]

Latar belakang berdirinya Muhammadiyah di antaranya didorong oleh beberapa faktor,

a.       Pendalaman Kyai Ahmad Dahlan terhadap ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah terutama QS. Ali Imran ayat 104


وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Adakanlah diantara kamu sekalian segolongan umat yang mengajak kepada Islam, memerintahkan kebajikan dan mencegah kemunkaran. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan”

Pada ayat tersebeut, KH. Ahmad Dahlan berpikir bahwa melalui ayat tersebut, Allah swt menyuruh umat-Nya untuk berdakwah dan menyebarkan kebaikan secara berkelompok atau organisasi. Karena keburukan yang terorganisir lebih baik daripada kebaikan yang tidak terorganisir.

b.      Ketidak murnian Islam, karena umat tidak lagi memegang teguh tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Banyak sekali taklid, bid’ah, khurafat, syirik yang merusak kemurnian aqidah. Pada praktek ibadahpun, terdapat banyak sekali bentuk-bentuk budaya yang muali bercampur menjadi satu dengan ritual ibadah Islam, sehingga layaknya seperti tuntunan Nabi Muhammad SAW. Contohnya  adalah kegiatan-kegiatan kematian, mencari jodoh dan lain sebagainya penuh diwarnai dengan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat bid’ah  dan khurafat. Umat Islam pada saat itu juga tergolong umat yang terbelakang, mereka memeluk agama Islam bukan karena keyakinan hidupnya, tetapi karena keprcayaan hidup yang diwarisi dari nenek moyang. Islam warisan itupun sudah bercampur dengan ajaran-ajaran animisme, Hindu, Budha, dan lain sebagainya.


Taklid adalah sikap ikut-ikutan dalam ibadah tanpa mengetahui dasar perintahnya.

Bid’ah adalah menambah-nambahi dalam masalah agama atau ibadah.

Khurafat adalah takhayul yang merusak kemurnian Islam.


c.       Munculnya bahaya yang mengancam kehidupan agama Islam berhubungan dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin lama semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat. Bentuk kegiatan yang dilancarkan oleh misi dan zending adalah berupa mendirikan rumah sakit, sekolah dan gereja d tengah-tengah perkampungan kaum muslimin. Cara-cara demikian dilakukan agar penduduk setempat secara sadar atau tidak  tertarik dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh orang Kristen. Para pastur pun ikut andil dalam penyebaran misi agamanya. Pastur ini turun ke masyarakat dengan mengenakan jubah putih khas pastur, dengan harapan penduduk setempat yang beragama Islam mulai terbiasa dengan pakaian para pastur tersebut, sehingga mudahlah bagi orang-orang Kristen untuk berkenalan dan memberi pengaruh-pengaruhnya.


d.      Islam pada saat itu adalah agama yang tidak disukai dan Islam mendapatkan label sebagai agama yang kolot dan tidak up to date oleh kalangan intelektual. Sikap yang muncul dari ketidak sukaan itu sangat merugikan umat Islam, terutama bagi para pelajar Islam, mereka mendapatkan perlakuan yang kurang baik seperti tidak mempedulikan dan menjauhi para pelajar muslim. orang-orang berpikir bahwa yang terpenting dalam memajukan suatu peradaban adalah ilmu dan teknologi yang dimiliki oleh orang Barat. Oleh sebab itulah KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah yang dengan faham keagamaan yang segar, faham yang mampu mempertemukan syari’at agama dengan perubahan zaman sebagai bentuk penolakan atas pandangan dan sikap para intelektual.[2]

Maksud dan tujuan dari didirikannya Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.[3]

2.    Tokoh-tokoh Muhammadiyah

                Muhammadiyah telah berdiri selama 103 tahun. Fakta ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah mampu bertahan terhadap goncangan dan kritik masyarakat akan dirinya. Dibalik majunya organisasi  Islam ini, pasti ada tokoh-tokoh yang mampu menggerakkan Muhammadiyah hingga sebegitu hebatnya. Berikut tokoh-tokoh Muhammadiyah,

KH. Ahmad Dahlan                                                   (ketua 1912-1922)

KH. Ibrahim                                                                  (ketua 1923-1933)

KH. Hisyam                                                                   (ketua 1934-1936)

KH. Mas Mansyur                                                      (ketua 1937-1941)

Ki Bagus Hadikusuma                                               (ketua 1944-1953)

Buya H. Ahmad Rasyid Sutan Mansur               (ketua 1956-1959)

KH. Muhammad Yunus Anis                                  (ketua 1959-1962)

KH. Ahmad Badawi                                                   (ketua 1962-1965)

KH. Faqih Usman                                                       (ketua 1968-1971)

KH. Abdur Rozak Fachruddin                                                (ketua 1971-1985)

KH. Ahmad Azhar Basyir, MA                                                (ketua 1990-1995)

Prof. Dr. H. Amien Rais                                                            (ketua 1995-1998)

Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Ma’arif                                            (tahun 1998-2005)

Prof. Dr. Muhammad Sirajuddinn Syamsuddin, MA (ketua 2005-2015)[4]

Berbicara soal tokoh Muhammadiyah, berikut ini ada seorang tokoh yang memiliki profil, kisah hidup dan bentuk kepemimpinan yang menarik. Beliau adalah KH. Abdur Rozak Fachruddin atau lebih dikenal dengan panggilan pak AR. Fachruddin. Pak AR ini memegang rekor paling lama sebagai ketua umum Pimpinan Pusat Muhmmadiyah selama 22 tahun. Melihat sosok Pak AR, akan didapatkan sebuah cermin, bahwa seorang pemimpin perlu menghayati bagaimana kehidupan ummat secara riil. Bagaimana derita dan nestapa ummat di tingkat bawah, bagaimana pahit getir berdakwah dan menggerakkan organisasi di tingkat Ranting yang jauh dari kota, yang serba kekurangan prasarana dan sarana. Susah payah, kesulitan-kesulitan, dan suka duka yang dialami seorang pemimpin yang bekerja di tingkat Ranting dan Cabang dapat memberi pengalaman yang berharga dan menjadikan seorang pemimpin menjadi arif dalam mengambil kebijakan dalam memimpin umat.

Pak AR adalah ulama besar yang berwajah sejuk dan bersahaja. Kesejukannya sebagai pemimpin ummat Islam bisa dirasakan oleh ummat beragama lain. Ketika menyambut kunjungan pimpinan Vatikan, Paus Yohanes Paulus II di Yogyakarta, sebenarnya Pak AR menyampaikan kritikan kepada umat Katholik, tetapi kritik itu disampaikannya secara halus dan sejuk berupa sebuah surat terbuka. Dalam surat itu, Pak AR mengungkapkan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia adalah muslim. Namun, ada hal yang terasa mengganjal bagi umat Islam Indonesia, bahwa umat Katholik banyak menggunakan kesempatan untuk mempengaruhi ummat Islam yang masih menderita dan miskin agar mau masuk ke agama Katolik. Mereka diberi uang, dicukupi kebutuhannya, dibangunkan rumah-rumah sederhana, dipinjami uang untuk modal dagang, tetapi dengan ajakan agar menjadi umat kristen. Umat Islam dibujuk dan dirayu untuk pindah agama. Dalam tulisannya kepada Paus Yohanes Paulus II itu, Pak AR menyatakan bahwa agama harus disebarluaskan dengan cara-cara yang perwira dan sportif. Kritik ini diterima dengan lapang dada oleh ummat lain karena disampaikan dengan lembut dan sejuk dalam bahasa Jawa halus, serta dijiwai semangat toleransi yang tinggi.

Orang mengatakan bahwa Pak AR adalah penyejuk. Orang selalu mengatakan bahwa kelebihan Pak AR adalah kesejukan dalam menyampaikan dakwah. Gaya kepemimpinan Pak AR yang terasa adalah kesejukan. Semasa hidupnya Pak AR memberi contoh hidup welas asih dalam ber-Muhammadiyah. Sikap hidup beliau yang teduh, sejuk, ramah, menyapa siapa saja, sering humor, dan bersahaja, adalah pantulan dari mutiara terpendam dalam nuraninya. Pak AR adalah penyebar rasa kasih sayang dalam kehidupan ber-Muhammadiyah, baik dengan sesama Muslim, bahkan juga non Muslim dalam persaudaraan kemanusiaan yang luhur. Beliau tidak pernah menyebarkan sikap dan suasana saling membenci, curiga, iri hati, saling ingin menapikan, apalagi suka menebar aib sesama dalam kehidupan ber-Muhammadiyah.


          Selain dikenal sebagai seorang mubaligh yang sejuk, ia juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Karya tulisnya banyak dibukukan untuk dijadikan pedoman. Di antara karya-karyanya ialah Naskah Kesyukuran; Naskah Enthengan, Serat Kawruh Islam Kawedar; Upaya Mewujudkan Muhammadiyah sebagai Gerakan Amal; Pemikiran dan Dakwah Islam; Syahadatain Kawedar; Tanya Jawab Entheng-Enthengan; Muhammadiyah adalah Organisasi Dakwah Islamiyah; Al-Islam Bagian Pertama; Menuju Muhammadiyah; Sekaten dan Tuntunan Sholat Basa Jawi; Kembali kepada Al-Qur‘an dan Hadis; Chutbah Nikah dan Terjemahannya; Pilihlah Pimpinan Muhammadiyah yang Tepat; Soal-Jawab Entheng-enthengan; Sarono Entheng-enthengan Pancasila; Ruh Muhammadiyah; dan lain-lain.

Ulama kharismatik ini tidak bersedia dipilih kembali menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muham­madiyah pada Muktamar Muhammadiyah ke-42 tahun 1990 di Yogyakarta, walaupun masih banyak Muktamirin yang mengharapkannya. Ia berharap ada alih generasi yang sehat dalam Muhammadiyah. Setalah tidak menjabat sebagai Ketua PP Muhammadiyah, dan menjabat sebagai Penasehat PP Muhammadiyah, Pak AR masih aktif melaksanakan kegiatan tabligh ke berbagai tempat. Hingga akhirnya, penyakit vertigo memaksanya harus beristirahat, sesekali di rumah sakit. Namun, dalam keadaan demikian, sepertinya beliau tidak mau berhenti. Pak AR wafat pada 17 Maret 1995 di Rumah Sakit Islam Jakarta pada usia 79 tahun.

Share:

1 comment:

  1. Nama:Yayuk
    Kelas:x MIPA 2
    Rangkuman materi:
    MUHAMMADIYAH

    1. Sejarah

    Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Miladiyah di Yogyakarta.[1]

    Latar belakang
    a. Pendalaman Kyai Ahmad Dahlan terhadap ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah terutama QS. Ali Imran ayat 104



    وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

    “Adakanlah diantara kamu sekalian segolongan umat yang mengajak kepada Islam, memerintahkan kebajikan dan mencegah kemunkaran. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan”

    Pada ayat tersebeut, KH. Ahmad Dahlan berpikir bahwa melalui ayat tersebut, Allah swt menyuruh umat-Nya untuk berdakwah dan menyebarkan kebaikan secara berkelompok atau organisasi.
    b. Ketidak murnian Islam, karena umat tidak lagi memegang teguh tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Banyak sekali taklid, bid’ah, khurafat, syirik yang merusak kemurnian aqidah
    Taklid adalah sikap ikut-ikutan dalam ibadah tanpa mengetahui dasar perintahnya.

    Bid’ah adalah menambah-nambahi dalam masalah agama atau ibadah.

    Khurafat adalah takhayul yang merusak kemurnian Islam
    c. Munculnya bahaya yang mengancam kehidupan agama Islam berhubungan dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin lama semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat.
    . Islam pada saat itu adalah agama yang tidak disukai dan Islam mendapatkan label sebagai agama yang kolot dan tidak up to date oleh kalangan intelektual.
    Maksud dan tujuan dari didirikannya Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.[3]

    2. Tokoh-tokoh Muhammadiyah

    Muhammadiyah telah berdiri selama 103 tahun

    KH. Ahmad Dahlan (ketua 1912-1922)

    KH. Ibrahim (ketua 1923-1933)

    KH. Hisyam (ketua 1934-1936)

    KH. Mas Mansyur (ketua 1937-1941)

    Ki Bagus Hadikusuma (ketua 1944-1953)

    Buya H. Ahmad Rasyid Sutan Mansur (ketua 1956-1959)

    KH. Muhammad Yunus Anis (ketua 1959-1962)

    KH. Ahmad Badawi (ketua 1962-1965)

    KH. Faqih Usman (ketua 1968-1971)

    KH. Abdur Rozak Fachruddin (ketua 1971-1985)

    KH. Ahmad Azhar Basyir, MA (ketua 1990-1995)

    Prof. Dr. H. Amien Rais (ketua 1995-1998)

    Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Ma’arif (tahun 1998-2005)

    Prof. Dr. Muhammad Sirajuddinn Syamsuddin, MA (ketua 2005-2015)[4]

    ReplyDelete

Postingan Populer

KREATOR PENULIS SMA MUH CEPU

LABEL POSTINGAN SAM MUH CEPU

Blog Archive

POSTINGAN TERBARU

Followers

PROSES EDIT

Kami Adalah Pondok Pesantren MBS Muhammadiyah Cepu yang Memberikan Pendidikan Agama Islma yang Mengutamakan Segi Akhlaqul Karimah, Tahdizul Qur'an, Bahasa Arab, Inggris, Indonesia. dan Mengutamakan Kewajiban Ibadah.

PROSES EDIT

Kami Adalah Pondok Pesantren MBS Muhammadiyah Cepu yang Memberikan Pendidikan Agama Islma yang Mengutamakan Segi Akhlaqul Karimah, Tahdizul Qur'an, Bahasa Arab, Inggris, Indonesia. dan Mengutamakan Kewajiban Ibadah.